Jumat, 24 September 2010

Mengasuh Anak Paska Perceraian


Ketika langkah cerai terpaksa ditempuh, rasa bersalah terhadap anak mungkin menghinggapi Anda, karena sebagai orangtua Anda merasa tak dapat melakukan yang terbaik untuk mereka, yaitu mempertahankan perkawinan Anda. Memang tak dapat dipungkiri bahwa perceraian berpotensi merusak kehidupan anak. Perceraian mengakibatkan anak terpaksa berpisah dengan salah satu orangtua, dan kehidupan keluarga yang mengalami banyak perubahan setelah perceraian menuntut anak untuk beradaptasi. Akan tetapi, sekalipun perceraian membawa serangkaian masalah dan dampak buruk untuk anak, sesungguhnya masih ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat anak merasa lebih baik. Anda tidak hanya bisa membantu mengobati rasa pedih dan kecewa yang dirasakan anak, tetapi juga bisa membimbing mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa. Perlu diketahui, jika orangtua bisa mengusahakan tertanganinya permasalahan sehari-hari di masa krisis sesudah perceraian, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih tahan banting daripada anak-anak lain. Mereka juga akan menjadi pengambil keputusan yang baik.
Mengasuh anak sesudah perceraian memang bukan hal yang mudah. Di saat Anda sedang mengalami guncangan emosi hebat, Anda dituntut untuk tetap mengurus dan memenuhi kebutuhan anak Anda dengan baik. Tampaknya tak ada waktu bagi Anda untuk berhenti dan beristirahat sejenak dari perjalanan hidup yang melelahkan ini. Masalah semakin bertambah ketika anak Anda mulai menunjukkan perubahan perilaku yang tidak Anda kehendaki, mungkin mereka menjadi agresif, lebih mudah marah, lebih manja, sering rewel, mudah menangis, atau sulit diatur. Semuanya membuat Anda merasa semakin sulit. Di bawah ini, akan diberikan beberapa langkah yang meskipun tidak akan memperingan beban Anda, bisa membantu Anda lebih efektif memenuhi kebutuhan anak. Dengan semaksimal mungkin memberikan apa yang dibutuhkan anak, Anda bisa membuat mereka lebih mudah melewati saat-saat sulit yang menguras tenaga serta emosi ini. Apabila anak cepat beradaptasi dengan situasi ini, Anda pun tentu akan merasa jauh lebih baik.

Memahami perasaan anak
Memahami apa yang mereka rasakan akan membuat Anda lebih mudah membantu mereka. Berikut ini adalah berbagai perasaan yang umumnya dirasakan anak yang orangtuanya bercerai :
# Anak marah karena merasa bahwa keputusan cerai itu adalah keputusan sepihak yang diambil orangtua tanpa melibatkan dirinya atau tanpa mempertimbangkan pendapatnya.
# Anak merasa bersalah, merasa dirinya menjadi penyebab perceraian kedua orangtuanya. Perasaan ini timbul karena anak, terutama yang usianya masih kecil, belum mampu sepenuhnya memahami alasan mengapa kedua orangtuanya bercerai. Mereka mungkin masih ingat betul bahwa ketika itu mama dan papa bertengkar hebat sesudah dirinya jatuh terpeleset genangan ompol, atau karena dirinya menyenggol keramik di swalayan hingga pecah. Mereka melihat bahwa pertengkaran kedua orangtua mereka terjadi akibat ulah mereka, sehingga berpikir bahwa mereka lah yang menjadi penyebab perceraian ini.
# Anak khawatir tidak bisa bertemu orangtuanya lagi
# Anak bingung karena ingin menyayangi kedua orangtuanya tapi kenyataannya kedua orangtuanya bermusuhan dan bahkan salah satu orangtuanya telah pergi.
# Anak khawatir orangtuanya tidak lagi mencintainya dan akan menelantarkan dirinya. Melihat bahwa salah satu orangtua meninggalkan rumah membuat anak merasa tidak dicintai dan dianggap remeh. Anak berpikir bahwa orangtua yang pergi tega meninggalkan ayah/ibunya serta dirinya. Hal ini selanjutnya membawa pikiran negatif dalam diri anak, jangan-jangan ayah/ibu yang saat ini bersamanya pun suatu saat akan pergi meninggalkannya.
#Anak terlalu mencemaskan kesehatan dan kesejahteraan orangtua yang mengasuhnya, khawatir kalau-kalau suatu saat orangtua pengasuh tersebut tidak bisa merawat mereka lagi.
Anak-anak tidak memiliki kematangan emosi untuk menghadapi peristiwa yang sangat menyedihkan, sehingga mereka cenderung memanifestasikan perasaan sedih, marah, kecewa dalam berbagai perilaku yang menimbulkan masalah. Beberapa anak bahkan menderita sakit psikosomatis (sakit yang bersumber dari kondisi psikologis, bukan dari sumber fisik), seperti mual, sakit perut, pusing. Ada juga anak yang berusaha mati-matian mengubur perasaannya dan mati-matian berusaha menjadi anak yang baik. Langkah pertama yang bisa Anda lakukan untuk membantu mereka beradaptasi dengan peristiwa buruk ini adalah menerima perasaan-perasaan mereka. Berikan toleransi kepada mereka dalam mengekspresikan perasaan mereka, sambil perlahan-lahan mengalihkan perhatian mereka pada hal-hal positif atau hal-hal yang bisa membuat mereka lebih gembira.

Menciptakan emosi positif pada anak
Tidak baik jika anak terus berlarut-larut dalam perasaan sedih, kecewa, atau marah. Anda bisa melakukan sesuatu untuk mengurangi kesedihan dan mengembalikan keceriaan mereka. Berikut ini langkah yang bisa Anda lakukan :
# Katakan bahwa banyak juga keluarga lain yang terpaksa bercerai, bahkan mungkin ada teman sekelasnya yang mama-papanya bercerai.
# Katakan bahwa Anda akan selamanya menjadi orangtua mereka yang akan selalu menyayangi dan menjaga mereka.
# Katakan bahwa meski pasangan Anda tidak lagi tinggal bersama, dia akan tetap menjadi orangtua mereka. Beri tahu di mana pasangan Anda akan tinggal, dan bagaimana mereka bisa berkomunikasi atau bertemu.
# Ajak anak membantu urusan pekerjaan rumah tangga Anda. Anak akan senang dan bangga jika merasa dirinya bisa berguna bagi orangtua, oleh karena itu, ajak anak melakukan pekerjaan rumah kecil-kecil bersama Anda, misalnya menata meja makan, menyiram tanaman, atau memasukkan pakaian yang sudah dikeringkan ke dalam keranjang. Bagi anak, melakukan pekerjaan rumah bersama Anda adalah suatu hal tak kalah asyiknya dibanding bermain. Tentu saja hasil pekerjaan mereka seringkali tidak memuaskan, akan tetapi, jangan fokuskan perhatian Anda pada kesempurnaan pekerjaan mereka, lihatlah saja kemauan mereka untuk membantu Anda karena mereka begitu mencintai Anda.
# Berikan hadiah kecil. Anda tidak perlu memberikan mereka mainan yang mahal-mahal untuk membuat anak senang. Cukup dengan membuatkan mereka agar-agar, cokelat, atau kue kering yang dibentuk menjadi binatang lucu-lucu, atau mengajak mereka jalan-jalan dan membelikan es krim.
# Dukung anak untuk bermain bersama temannya. Bermain dengan teman sebaya akan menghindarkan anak dari rasa kesepian. Sarankan anak untuk mengajak temannya berenang bersama, bersepeda, atau sekedar bermain di rumah. Jangan biarkan anak Anda mengurung diri atau menarik diri dari pergaulan.
Menciptakan suasana rumah yang menyenangkan penting dilakukan, karena apabila orangtua mampu menciptakan kegembiraan di rumah, anak-anak akan lebih cepat menyesuaikan diri terhadap perceraian orangtua.

Meminimalkan perubahan
Perceraian orangtua membawa serentetan perubahan yang menuntut anak untuk beradaptasi. Oleh karena itu, usahakan tidak menambah lagi perubahan dalam rutinitas anak. Jaga pola makan dan tidur anak. Biarkan anak bersekolah di sekolah yang sama. Akan sangat membantu jika Anda bisa mengupayakan agar anak tinggal di rumah yang sama setidaknya selama 1-2 tahun setelah perceraian.

Mengatur pertemuan dengan orangtua tanpa hak asuh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kedua orangtuanya tetap aktif menjalankan pengasuhan sekalipun telah berpisah, lebih besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi anak yang mudah menyesuaikan diri, memiliki harga diri yang baik, dan mampu menjalin relasi yang lebih baik dengan orang lain, dibandingkan dengan anak dari keluarga bercerai yang kemudian hanya menerima pengasuhan dari salah satu orangtuanya saja. Oleh karena itu, Anda perlu mengusahakan agar anak tetap menjaga komunikasi dengan orangtua tanpa hak asuh. Aturlah bagaimana cara agar anak secara rutin bisa bertemu dengan mantan pasangan Anda. Berikan izin kepada mantan pasangan Anda untuk mengunjungi anak secara teratur, atau jika tidak, Anda lah yang mengantarkan anak ke rumahnya. Demi menjaga kedekatan emosional, sebaiknya anak juga tidak hanya bertemu selama satu-dua jam, tetapi bisa menghabiskan waktu bersama sehari atau semalam tiap minggunya, sangat baik jika anak bisa menginap di rumah pasangan Anda. Mengatur pertemuan anak dengan mantan pasangan Anda tentu tidak mudah dilakukan. Pertemuan dengan mantan pasangan Anda cenderung memicu kembali pertengkaran antara Anda berdua. Selain itu, rasa benci, marah, dan sakit hati terhadap mantan pasangan membuat Anda sangat sulit merelakan kepergian anak untuk bertemu dengannya. Akan tetapi, ingatlah bahwa semua ini Anda lakukan semata-mata demi anak. Dengan tetap berkomunikasi dengan orangtuanya, anak tidak terlalu merasa kehilangan dan bisa tetap merasakan bahwa dirinya dicintai. Selain itu, anak juga mengetahui dengan pasti bahwa keadaan orangtuanya sehat, sehingga tidak perlu merasa cemas.
Anak-anak memang pada mulanya sering tampak tidak antusias merespon pertemuan atau kunjungan ini. Hal ini wajar, karena anak memahami adanya konflik di antara Anda, sehingga takut kalau-kalau dengan mengekspresikan rasa senang dan sayang kepada mantan pasangan Anda, ia seolah mengkhianati Anda. Selain itu, anak mungkin juga khawatir jika Anda sendirian dan kesepian ketika ia sedang bersama mantan pasangan Anda. Oleh karena itu sangat baik jika Anda mendorongnya agar ia menikmati waktu bersama mantan pasangan Anda tanpa mencemaskan keadaan Anda. Ketika waktu pertemuan belum tiba dan Anda melihat anak sudah merasa kangen, Anda bisa menyarankan anak untuk menelepon atau mengirim pesan singkat.

Meminta dukungan orang dekat
Anda harus menyadari bahwa memaksakan diri mengasuh anak sendirian tidak baik bagi diri Anda maupun anak. Kelelahan yang berlebihan membuat Anda tidak efektif mengasuh anak. Oleh karena itu, mintalah orang-orang dekat untuk membantu, kakek-nenek, tetangga, atau teman Anda. Sekalipun mungkin hanya 30 menit, atau bahkan 15 menit, Anda akan merasakan manfaatnya. Ketika mereka sedang menjaga anak Anda, jangan sibuk mengurusi tugas-tugas rumah tangga, gunakan waktu untuk diri Anda sendiri dengan melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan diri Anda, sekalipun sekedar minum secangkir teh atau kopi. Mengajak orang dekat untuk membantu mengasuh juga membuka kesempatan bagi anak untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain selain orangtua. Hal ini penting agar anak tidak bergantung 100% kepada sosok Anda. Anak perlu tahu bahwa selain Anda, masih ada orang lain yang mencintainya dan bisa dijadikan tempat bergantung.

Menjaga kesehatan fisik dan emosional diri Anda sendiri
Perceraian sudah tentu membawa beban berat ke dalam hidup Anda, stres, depresi, dan lelah tak terkira. Anda butuh tetap sehat dan kuat untuk melanjutkan tugas mengasuh anak. Jangan sampai Anda mengabaikan kesehatan Anda. Sedapat mungkin, ambil waktu untuk beristirahat dan menenangkan diri Anda. Ketika Anda merasa sehat, Anda lebih mudah pulih dari guncangan emosi, dan tentunya, juga lebih siap menghadapi anak. Yang terpenting, apabila anak melihat bahwa orangtuanya tetap kuat, sehat dan gembira, mereka akan lebih cepat bangkit dari kesedihan dan stres paska perceraian ini. Kuatkan diri Anda, dan yakin bahwa sesudah masa-masa sulit ini, Anda akan menikmati hidup yang lebih baik.

Hal yang perlu dihindari
# Jangan menceritakan masalah antara Anda dan pasangan atau menceritakan keburukan pasangan Anda. Berapa pun usia anak, anak tidak akan mampu menanggung masalah yang Anda ceritakan kepada mereka. Menceritakan masalah kepada anak hanya akan menambah beban pikiran anak dan menciptakan konflik dalam hati mereka. Anda juga tidak perlu menambah satu kebencian lagi dalam hati anak kepada mantan pasangan Anda. Kebencian mengurangi kebahagiaan.
# Jangan mengumbar harapan kosong. Apabila Anda tahu bahwa pasangan Anda tidak akan pernah kembali, jangan menghibur anak dengan mengatakan bahwa orangtuanya akan kembali. Biarkan anak menghadapi kenyataan pahit ini. Lambat laun dia akan mampu menerimanya.
# Jangan mengenalkan pasangan baru untuk sementara waktu. Anak membutuhkan waktu 2-5 tahun, bahkan lebih untuk beradaptasi dengan perceraian orangtuanya. Oleh karena itu, setidaknya dalam waktu 2 tahun, hindari mengenalkan pasangan baru ke dalam hidup anak.

Khusus untuk orangtua tanpa hak asuh
Jika Anda adalah orangtua tanpa hak asuh, sangat penting untuk meyakinkan anak bahwa dirinya tetap menjadi bagian penting dari hidup Anda. Jaga komunikasi, tepati janji untuk bertemu dengannya, hadirilah pentas atau pertandingannya, juga jangan lupa ucapkan selamat pada hari ulang tahunnya.

Sumber inspirasi :
Charlish, A., 2005. Terjebak di Tengah (alih bahasa : Soraya Abdat). Jakarta : PT Primamedia Pustaka.
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D., 2003. Human Development. New York : McGraw-Hill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediaan Anda memberikan komentar. Komentar yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi saya dalam mengembangkan tulisan-tulisan saya.